Hukum Sholat Kifarat Di Akhir Hari Jumat Ramadhan




TANYA JAWAB FIQIH & AQIDAH

Sail : @⁨Hamdan⁩

Deskripsi masalah

Assalamualaikum,

Dibulan ramadhan tepatnya pada hari jum'at akhir bulan ramadhan ada yang melakukan shalat kafaroh yang mana hal ini katanya untuk melebur atau menutupi shalat yang ditinggalkannya selama setahun namun tak ingat seberapa banyak yang ditinggalkanya


Pertanyaan

Bagaimana penjelasannya tentang shalat kafarat, apakah nabi pernah melakukannya ?

terima kasih...
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Jawaban

Wa'alaikumusalam warohmatullohi wa barakatuh

Ulama brbeda pandangan tentang hukum melakukan shalat kafarat, antara yang membolehkan dan mengharamkannya


A. Pandangan yang Mengharamkan di antaranya sebagai berikut:



Dijelaskan bahwa sholat Kafaroh atau baro-ah adalah termasuk bid'ah madzmumah, dan berdosa jika dikerjakan, dan bagi pihak yang berwenang wajib untuk melarang melakukan praktek nya, bahkan di dalam kitab Fatawa Fiqhiyyah Al-kubro tergolong dari pekerjaan yang termasuk kategori

"MUHARROMAH SYADIDAATU AT-TAHRIM"

sebab praktek semacam ini pada akhirnya ada yang meremehkan sholat. Sholat baro'ah yang dilakukan di hari jum'at terakhir di bulan romadlon yang mana dipercaya bisa melebur sholat 1 tahun yang telah lewat maka hukumnya haram bahkan sangat haram. Kesimpulannya sholat kafaroh itu bid'ah yang tercela dan haditsnya adalah palsu.


ﺇﻋﺎﻧﺔ ﺍﻟﻄﺎﻟﺒﻴﻦ - ﺍﻟﺒﻜﺮﻱ ﺍﻟﺪﻣﻴﺎﻃﻲ - ﺝ ١ - ص ٣١٢ :

ﻗﻮﻟﻪ: ﻓﺎﺋﺪﺓ: ﺃﻣﺎ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺍﻟﻤﻌﺮﻭﻓﺔ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﺮﻏﺎﺋﺐ ﺇﻟﺦ. ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﺆﻟﻒ ﻓﻲ ﺇﺭﺷﺎﺩ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩ: ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺒﺪﻉ ﺍﻟﻤﺬﻣﻮﻣﺔ ﺍﻟﺘﻲ ﻳﺄﺛﻢ ﻓﺎﻋﻠﻬﺎ ﻭﻳﺠﺐ ﻋﻠﻰ ﻭﻻﺓ ﺍﻻﻣﺮ ﻣﻨﻊ ﻓﺎﻋﻠﻬﺎ: ﺻﻼﺓ ﺍﻟﺮﻏﺎﺋﺐ ﺍﺛﻨﺘﺎ ﻋﺸﺮﺓ ﺭﻛﻌﺔ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻌﺸﺎﺀﻳﻦ ﻟﻴﻠﺔ ﺃﻭﻝ ﺟﻤﻌﺔ ﻣﻦ ﺭﺟﺐ. ﻭﺻﻼﺓ ﻟﻴﻠﺔ ﻧﺼﻒ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻣﺎﺋﺔ ﺭﻛﻌﺔ، ﻭﺻﻼﺓ ﺁﺧﺮ ﺟﻤﻌﺔ ﻣﻦ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﺳﺒﻌﺔ ﻋﺸﺮ ﺭﻛﻌﺔ، ﺑﻨﻴﺔ ﻗﻀﺎﺀ ﺍﻟﺼﻠﻮﺍﺕ ﺍﻟﺨﻤﺲ ﺍﻟﺘﻲ ﻟﻢ ﻳﻘﻀﻬﺎ. ﻭﺻﻼﺓ ﻳﻮﻡ ﻋﺎﺷﻮﺭﺍﺀ ﺃﺭﺑﻊ ﺭﻛﻌﺎﺕ ﺃﻭ ﺃﻛﺜﺮ. ﻭﺻﻼﺓ ﺍﻷﺳﺒﻮﻉ، ﺃﻣﺎ ﺃﺣﺎﺩﻳﺜﻬﺎ ﻓﻤﻮﺿﻮﻋﺔ ﺑﺎﻃﻠﺔ، ﻭﻻ ﺗﻐﺘﺮ ﺑﻤﻦ ﺫﻛﺮﻫﺎ. ﺍﻫ


هل تَجُوزُ صَلَاةُ الرَّغَائِب وَالْبَرَاءَةِ جَمَاعَةً أَمْ لَا فَأَجَابَ بِقَوْلِهِ أَمَّا صَلَاةُ الرَّغَائِب فَإِنَّهَا كَالصَّلَاةِ الْمَعْرُوفَةِ لَيْلَةَ النِّصْفِ من شَعْبَانُ بِدْعَتَانِ قَبِيحَتَانِ مَذْمُومَتَانِ وَحَدِيثهمَا مَوْضُوعٌ فَيُكْرَهُ فِعْلُهُمَا فُرَادَى وَجَمَاعَةً وَأَمَّا صَلَاةُ الْبَرَاءَة فَإِنْ أُرِيدَ بها ما يُنْقَلُ عن كَثِيرٍ من أَهْلِ الْيَمَنِ من صَلَاةِ الْمَكْتُوبَاتِ الْخَمْسِ بَعْد آخِرِ جُمُعَةٍ في رَمَضَانَ مُعْتَقِدِينَ أنها تُكَفِّرُ ما وَقَعَ في جُمْلَةِ السَّنَةِ من التَّهَاوُن في صَلَاتِهَا فَهِيَ مُحَرَّمَةٌ شَدِيدَةُ التَّحْرِيم يَجِبُ مَنْعُهُمْ منها لِأُمُورٍ منها أَنَّهُ تَحْرُمُ إعَادَةُ الصَّلَاةِ بَعْدَ خُرُوجِ وَقْتِهَا وَلَوْ في جَمَاعَةٍ وَكَذَا في وَقْتِهَا بِلَا جَمَاعَةٍ وَلَا سَبَبٍ يَقْتَضِي ذلك وَمِنْهَا أَنَّ ذلك صَارَ سَبَبًا لِتَهَاوُنِ الْعَامَّةِ في أَدَاءِ الْفَرَائِض لِاعْتِقَادِهِمْ أَنَّ فِعْلَهَا على تِلْكَ الْكَيْفِيَّةِ يُكَفِّرُ عَنْهُمْ ذلك


- Fatawiy AlFiqhiyyah Kubro :


الفتاوى الفقهية الكبرى ج ١ ص ٢١٧

وَأَمَّا صَلَاةُ الْبَرَاءَة فَإِنْ أُرِيدَ بها ما6 يُنْقَلُ عن كَثِيرٍ من أَهْلِ الْيَمَنِ من صَلَاةِ الْمَكْتُوبَاتِ الْخَمْسِ بَعْد آخِرِ جُمُعَةٍ في رَمَضَانَ مُعْتَقِدِينَ أنها تُكَفِّرُ ما وَقَعَ في جُمْلَةِ السَّنَةِ من التَّهَاوُن في صَلَاتِهَا فَهِيَ مُحَرَّمَةٌ شَدِيدَةُ التَّحْرِيم يَجِبُ مَنْعُهُمْ منها لِأُمُورٍ منها أَنَّهُ تَحْرُمُ إعَادَةُ الصَّلَاةِ بَعْدَ خُرُوجِ وَقْتِهَا وَلَوْ في جَمَاعَةٍ وَكَذَا في وَقْتِهَا بِلَا جَمَاعَةٍ وَلَا سَبَبٍ يَقْتَضِي ذلك وَمِنْهَا أَنَّ ذلك صَارَ سَبَبًا لِتَهَاوُنِ الْعَامَّةِ في أَدَاءِ الْفَرَائِض لِاعْتِقَادِهِمْ أَنَّ فِعْلَهَا على تِلْكَ الْكَيْفِيَّةِ يُكَفِّرُ عَنْهُمْ ذلك


إعانة الطالبين ج ١ ص ٢٧٠

( قوله فائدة أما الصلاة المعروفة ليلة الرغائب إلخ ) قال المؤلف في إرشاد العباد ومن البدع المذمومة التي يأثم فاعلها ويجب على ولاة الأمر منع فاعلها صلاة الرغائب اثنتا عشرة ركعة بين العشاءين ليلة أول جمعة من رجب وصلاة ليلة نصف شعبان مائة ركعة وصلاة آخر جمعة من رمضان سبعة عشر ركعة بنية قضاء الصلوات الخمس التي لم يقضها وصلاة يوم عاشوراء أربع ركعات أو أكثر وصلاة الأسبوع أما أحاديثها فموضوعة باطلة ولا تغتر بمن ذكرها



Kutipan Singkat Shalat Sunnat Yang Di Hukumi Bid'ah Madzmumah

Ini sebuah kutipan singkat, pernyataan dari kalangan ulama Fukaha terhadap ulama Sufiyyah tentang shalat kafarat, shalat nishfu sya'ban dan yg lainnya.

Shalat sunnat yang diharamkan pendapat ulama Fukaha adalah sholat sunnat,

- al-Roghoib : (12 raka'at yang di lakukan dalam waktu antara maghrib dan isya pada permulaan malam jum'at di bulan rajab), dan

- shalat sunnat malam nishfu sya'ban : (100 raka'at), dan

- shalat kafarat di akhir jum'at bulan ramadhan : (17 rakaat dengan niat mengkadha shalat lima waktu yang belum sempat di kadha), dan

- shalat sunnat 'asyura :(4 rakaat dan lebih dari 4 rakaat), dan

- shalat sunnat asbu' :(mingguan).
اما أحادثها فموضوعة باطلة ولاتغتر بمن ذكرها . اعانة الطالبين ج ١ ص ٢٧٠

Adapun haditsnya maudhu (karangan) yang batal dan jangan terpengaruhi oleh ulama yg membahasnya.(I'anat al-Tholibin Jilid 01 hal : 270)

وقال ابن الهمام رحمة الله تعالی عنه : ماتردد من العبادات بين الواجب والبدعة يؤتی به احتياطا وما تردد بين السنة والبدعة يترك لأن ترك البدعة لازم وأداء السنة غير لازم فتلك الصلاة مماتردد بين السنة والبدعة فتعين تركها ولا يحل لأحد فعلها لامنفردا ولاجماعة لأن الجماعة فيه بدعة أيضا.

(درة الناصحين ص ٨٨ مكتبة ومطبعة فوترا سماراݞ)

Telah berkata Ibnul Humam rahamtullahi Ta'ala 'alaihi ( W 790 H : 1388 M / 861 H - 1457: M):

Suatu ibadah yang berlawanan antara status wajib dan bid'ah maka perlu dikerjakan sebagai bentuk ihtiyath (kehati-hatian), dan suatu ibadah yang berlawanan antara status sunnah dan bid'ah maka seyogyanya perlu ditinggalkan, karena meninggalkan perkara bid'ah itu suatu keharusan sedangkan mengerjakan sunnah bukan suatu keharusan.

Kutipan Singkat Shalat Sunnat Yang Di Hukumi Bid'ah Madzmumah

Ini sebuah kutipan singkat, pernyataan dari kalangan ulama Fukaha terhadap ulama Sufiyyah tentang shalat kafarat, shalat nishfu sya'ban dan yg lainnya.

Shalat sunnat yang diharamkan pendapat ulama Fukaha adalah sholat sunnat,

- al-Roghoib : (12 raka'at yang di lakukan dalam waktu antara maghrib dan isya pada permulaan malam jum'at di bulan rajab), dan

- shalat sunnat malam nishfu sya'ban : (100 raka'at), dan

- shalat kafarat di akhir jum'at bulan ramadhan : (17 rakaat dengan niat mengkadha shalat lima waktu yang belum sempat di kadha), dan

- shalat sunnat 'asyura :(4 rakaat dan lebih dari 4 rakaat), dan

- shalat sunnat asbu' :(mingguan).
اما أحادثها فموضوعة باطلة ولاتغتر بمن ذكرها . اعانة الطالبين ج ١ ص ٢٧٠


Adapun haditsnya maudhu (karangan) yang batal dan jangan terpengaruhi oleh ulama yg membahasnya.(I'anat al-Tholibin Jilid 01 hal : 270)

وقال ابن الهمام رحمة الله تعالی عنه : ماتردد من العبادات بين الواجب والبدعة يؤتی به احتياطا وما تردد بين السنة والبدعة يترك لأن ترك البدعة لازم وأداء السنة غير لازم فتلك الصلاة مماتردد بين السنة والبدعة فتعين تركها ولا يحل لأحد فعلها لامنفردا ولاجماعة لأن الجماعة فيه بدعة أيضا.

(درة الناصحين ص ٨٨ مكتبة ومطبعة فوترا سماراݞ)


Telah berkata Ibnul Humam rahamtullahi Ta'ala 'alaihi ( W 790 H : 1388 M / 861 H - 1457: M):

Suatu ibadah yang berlawanan antara status wajib dan bid'ah maka perlu dikerjakan sebagai bentuk ihtiyath (kehati-hatian), dan suatu ibadah yang berlawanan antara status sunnah dan bid'ah maka seyogyanya perlu ditinggalkan, karena meninggalkan perkara bid'ah itu suatu keharusan sedangkan mengerjakan sunnah bukan suatu keharusan.

فتلك الصلاة مماتردد بين السنة والبدعة فتعين تركها ولا يحل لأحد فعلها لامنفردا ولاجماعة لأن الجماعة فيه بدعة أيضا

Dengan demikian, shalat yang berlawanan antara hukum sunnah dan bid'ah maka sudah jadi kepastian untuk ditinggalkan, dan tidak halal bagi siapapun melakukannya secara munfarid (sendiri) atau berjamaah, karena yang di berjamaahkan pula tetap hukumnya bid'ah.

(Durrotu al-Nashihin, hal : 88


B. Pandangan yang membolehkan di antaranya karena pertimbangan sebagai berikut: 

Pertama, bertendensi pada pendapat al-Qadli Husain yang membolehkan mengqadha shalat fardlu yang diragukan ditinggalkan

Pendapat tersebut sebagaimana keterangan berikuti ini: 

   فرع ) قال القاضي لو قضى فائتة على الشك فالمرجو من الله تعالى أن يجبر بها خللا في الفرائض أو يحسبها له نفلا وسمعت بعض أصحاب بني عاصم يقول : إنه قضى صلوات عمره كلها مرة ، وقد استأنف قضاءها ثانيا ا هـ قال الغزي وهي فائدة جليلة عزيزة عديمة النقل ا هـ إيعاب 


 “Cabang permasalahan: al-Qadli Husain berkata, bila seseorang mengqadha shalat fardlu yang ditinggalkan secara ragu, maka yang diharapkan dari Allah shalat tersebut dapat mengganti kecacatan dalam shalat fardlu atau paling tidak dianggap sebagai shalat sunnah. Saya mendengar bahwa sebagian ashabnya Bani Ashim berkata, bahwa ia mengqadha seluruh shalat seumur hidupnya satu kali dan memulai mengqadhanya untuk kedua kalinya. Al-Ghuzzi mengatakan, ini adalah faidah yang agung, yang jarang sekali dikutip oleh ulama.” 

(Syekh Sulaiman al-Jamal, Hasyiyah al-Jamal, juz.2, halaman 27) Dalam redaksi yang lain disampaikan


: إن الشك في عبادة بدنية أو مالية يجوز تعليق نية قضائها إن كان عليه وإلا فتطوع


 “Keraguan dalam ibadah badan atau harta, boleh menggantungkan niat qadhanya, bila betul ada tanggungan maka statusnya wajib, bila tidak, maka berstatus sunnah.” 

(Syekh Fadl bin Abdurrahman al-Tarimi al-Hadlrami, Kasyf al-Khafa’ wa al-Khilaf fi Hukmi Shalat al-Bara’ah min al-Ikhtilaf, halaman 4) 

Kedua, tidak ada orang yang meyakini keabsahan shalat yang baru saja ia kerjakan, terlebih shalat yang dulu-dulu. Ketiga, larangan shalat kafarat dikarenakan ada kekhawatiran shalat tersebut cukup untuk mengganti shalat yang ditinggalkan selama setahun, ketika kekhawatiran tersebut hilang, maka hukum haram hilang. Keempat, mengikuti amaliyyah para pembesar ulama dan para wali Allah yang ahli makrifat billah, di antaranya Sayyidi Syekh Fakr al-Wujud Abu Bakr bin Salim, Habib Ahmad bin Hasan al-Athas, al-Imam Ahmad bin Zain al-Habsyi dan banyak lainnya. Shalat tersebut rutin dilakukan dan diimbau oleh para pembesar ulama di Yaman

. Bahkan di masjid Zabid Yaman shalat kafarat ini rutin dilakukan secara berjamaah. Mengikuti amaliyyah para wali dan ulama ‘ârifin (ahli ma'rifat) tanpa diketahui dalil istinbathnya dari hadits Nabi, sudah cukup untuk menjadi hujjah membolehkan shalat kafarat ini. Syekh Abdul Wahhab al-Sya’rani dalam kitab Tanbih al-Mughtarrin, sebagaimana dikutip dalam Kasyf al-Khafa’ mengatakan



Wa llahu muwaffiq ila aqwathih thariq 

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

TIM MUSYAWIRIN

MUSHOHIH

Ustadz Hosiyanto Ilyas S.Pd.I.
Ustadz Abdha' Mukhtar S.H.
Ustadz Adul Hadi
Ustad Iman Abdulloh El Rashied Mahasiswa Mukala Hadramaut Yaman
Ustad Hamdan Khoirul Muttaqiin
Ustad Abu Siman
Ustad M. Hendra M. pd

PENULIS DAN PERUMUS REDAKSI

Ustadz Saifuddin




Komentar

POPULAR POST

Apakah Batalkah Puasa orang yg Berasa mau Muntah

APAKAH TAKDIR BISA DI RUBAH??

Hukum Menunda Penguburan Jenazah

Jumlah Rakaat Sholat Sunat Rawatib

Hukum Busana muslimah Yg Harus Di Hindari

Hukum Mengganti Nama Yg lebih Baik Menurut islam

Hukum Cinta Menurut Islam

HUKUM MEMOTONG KUKU DAN RAMBUT DALAM KEADAAN HAID

Dengan Tiga Hal Cita-Cita Dapat Diraih