KEUTAMAAN DAN NIAT PUASA BULAN DZULHIJJAH
TANYA JAWAB FIQIH AQIDAH
Sail @0878-6521-2914
Assalamualaikum warahmatuullahi wabarakatuh
Deskripsi masalah
Aminah adalah seorang perempuan yang rajin mengerjakan amalan sunnnah dan aminah ingin menunaikan puasa sunnah di bulan dzulhijjah namun dia belum faham betul penjelasan tentang puasa sunnah di bulan dzulhijjah.
Pertanyaan :
Bagaimana penjelasannya tentang puasa sunnah di bulan zulhijjah dan bagaimana niatnya mulai dari tgl 1-7 apakah berbeda dengan
3 hari berikutnya.. ?
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Jawaban :
Wa alaikum salam
Menjelang hari raya idul adha, puasa sunnah bisa dikerjakan mulai awal bulan dzulhijja
Satu di antara amalan sunnah yang patut diusahakan adalah puasa sunnah.
Sebagian besar umat muslim di Indonesia, melaksanakan puasa sunnah Idul Adha hanya dua hari saja.
Yakni puasa Tarwiyah dan puasa Arafah.
Padahal, umat muslim juga dapat mengerjakan 9 hari puasa sunnah menjelang Idul Adha.
Adapun 9 hari puasa itu biasanya disebut sebagai puasa sunnah 9 hari di bulan dzulhijjah.
Artinya puasa sunnah tersebut bisa dilaksanakan mulai tanggal 1 dzulhijjah hingga 9 dzulhijjah.
Sementara 10 dzulhijjah merupakan hari perayaan Idul Adha yang diharamkan untuk berpuasa.
Adapun ajuran puasa sunnah ini didasarkan pada hadis riwayat Ibnu Abbas dan At Tirmidzi)
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ما من أيام العمل الصالح فيهن أحب إلى الله من هذه الأيام العشر
“Rasulullah SAW bersabda: Tak ada hari lain yang disukai Allah SWT untuk beribadah seperti sepuluh hari ini,”
(HR At Tirmidzi)
Dari 9 hari puasa sunnah itu dua hari di antaranya adalah puasa Tarwiyah dan puasa Arafah.
1. Puasa 7 hari di awal dzulhijjah
Puasa 7 hari di awal dzulhijjah artinya puasa sunnah mulai dikerjakan 1 dzulhijjah.
Puasa ini dikerjakan secara berturut-turut mulai dari tanggal 1 sampai 7 dzulhijjah dan untuk yang dua harinya tarwiyah dan arafah.
Hari Tarwiyah adalah hari ke-8 bulan Dzulhijjah. Disebut tarwiyah karena pada waktu itu air sangat melimpah. Sedangkan hari ke-9 Dzulhijjah dinamakan Hari Arafah, karena pada hari itu diwajibkan bagi jamaah haji untuk wukuf di Arafah. Jika dilanjutkan, hari ke-10 Dzulhijjah dinamakan Hari Nahr atau Hari Qurban, hari ke-11 disebut Hari Maqarr (menetap di Mina), hari ke-12 Nafar Awal, dan hari ke-13 Nafar Tsani.
(Hasyiyah al-Bujairami ala al-Manhaj, VI, 137)
Puasa Tarwiyah dianjurkan bagi yang berhaji maupun yang tidak sedang berhaji, bahkan beserta tujuh hari sebelumnya, yaitu tanggal 1-7 Dzulhijjah. Sedangkan puasa Arafah hanya disunnahkan bagi yang tidak berhaji.
Keutamaan dua puasa ini disebutkan dalam sebuah hadits.
صَومُ يَوْمِ التَّرْوِيَّةِ كَفَّارَةٌ سَنَةً وَصَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ كَفَّارَةٌ سَنَتَيْنِ
Puasa Hari Tarwiyah menghapus dosa setahun, dan puasa Hari Arafah menghapus dosa dua tahun. (Jamiul Ahadits, XIV, 34)
Niat puasa Tarwiyah dan Arafah adalah sebagai berikut.
نويتُ صومَ تَرْوِيَة سُنّةً لله تعالى
“Saya niat puasa Tarwiyah, sunnah karena Allah ta’ala“
نويتُ صومَ عرفة سُنّةً لله تعالى
“Saya niat puasa Arafah, sunnah karena Allah ta’ala“
Hari arafah disebut sebagai hari yang paling utama (afdlol al ayyam), karena puasa Arafah bisa menghapus dosa dua tahun. Sebagaimana diriwayatkan Imam Muslim:
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ مِنْ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ
“Tidak ada hari yang lebih banyak Allah membebaskan dari api neraka dibanding hari Arafah.”
Puasa Arafah hanya disunnahkan bagi selain jamaah haji, sedangkan bagi yang sedang menunaikan ibadah haji tidak disunnahkan, walaupun kuat melaksanakannya. Alasannya, karena ittiba’ kepada sunnah Nabi. Apabila tetap melakukan puasa, maka hukumnya khilaful aula. Hal itu berbeda dengan pendapat Imam an Nawawi yang menganggapnya makruh. Namun, bila sudah tiba di Arafah pada malam hari, maka tidak dimakruhkan, sebagaimana disebutkan asy Syafi’i dalam kitab al-Imla’.
(Asnal Mathalib, V, 385)
Puasa Arafah dan Tarwiyah sangat dianjurkan, untuk turut merasakan nikmat yang sedang dirasakan oleh para jamaah haji yang sedang menjalankan ibadah di tanah suci. Hari-hari pada sepersepuluh bulan Dzulhijjah adalah hari-hari yang istimewa. Abnu Abbas r.a meriwayatkan Rasulullah s.a.w bersabda:
ما مِن أيامٍ العملُ الصالحُ فيها أحبُّ إلى اللهِ من هذه الأيامِ يَعْني أيامَ العشرِ قالوا: يا رسولَ اللهِ! ولا الجهاد في سبيل الله؟ قال: ولا الجهاد في سبيل الله إلا رجلٌ خَرَجَ بنفسه ومالِه فلم يرجعْ من ذلك شيء
“Tidak ada perbuatan yang lebih disukai oleh Allah SWT, dari pada perbuatan baik yang dilakukan pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Para sahabat bertanya :
Ya Rasulullah! walaupun jihad di jalan Allah?
Sabda Rasulullah: Walau jihad pada jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar dengan dirinya dan harta bendanya, kemudian tidak kembali selama-lamanya (menjadi syahid),”
(HR Bukhari)
Wa llahu Alam bhis
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
TIM MUSYAWIRIN
MUSHOHIH
Ustadz Abu Siman
Ustadz Hosiyanto Ilyas S.Pd.I.
Ustadz M.Hasyim S.Pd.I.
Ustadz Jalaluddin Suyuti
Ustadz Abdha' Mukhtar S.H.
Ustadz Aby Hadi
Ustadz Muhammad Sholehuddin
Ustadzah Aulya al zahra M.Pd.
Ustadzah Rabi'ah al dawiyah
PENULIS DAN PERUMUS REDAKSI
Ustadz Abu Siman
Ustadz Saifuddin
PENANGGUNG JAWAB
Uztadzah Hj Dinda Dzulaeha
Komentar