HUKUM MEMBACA RUKUN QAULI SECARA SIRR
TANYA JAWAB FIQIH & AQIDAH
Sail : @Dede Cynk Dede
Assalamualaikum
Ummi dan ustad ² dan Ustdzah
Mau tanya
Di dalam sholat ada yang namanya rukun qouli, dalam konteks bacaan sir apakah dalam membaca rukun tersebut cukup dengan gerakan bibir saja tanpa suara atau harus ada suara yang keluar meski sedikit/pelan?
Mohon penjelasan nya para gitu yg di Rahmati Alloh beserta Reperensi
Terimakasih
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Jawaban :
Wa’alaikumussalam wr.wb.
semoga penanya senantiasa dalam lindungan allah.
Mengenai pertanyaan di atas, setiap orang yang melaksanakan shalat wajib memperdengarkan setiap bacaan rukun qauli terhadap dirinya sendiri jika orang tersebut pendengarannya sehat, dan juga tidak ada suatu hal yang menghalangi, seperti suara kegaduhan.
Hal itu berlaku dalam setiap rukun qauli, seperti takbiratul ihram, al-Fatihah, tasyahud akhir, membaca shalawat kepada Nabi, serta ketika mengucapkan salam yang pertama. Pendapat ini merujuk pada keterangan yang terdapat dalam kitab Fathul Mu’in sebagaimana berikut:
(ويجب إسماعه) أي التكبير، (نفسه) إن كان صحيح السمع، ولا عارض من نحو لغط. (كسائر ركن قولي) من الفاتحة والتشهد والسلام. ويعتبر إسماع المندوب القولي لحصول السنة.
Dan wajib meperdengarkan rukun qauli terhdap dirinya sendiri, seperti takbiratul ihram, jika pendengaran nya sehat, dan tidak terdapat suatu hal yang mengganggu semisal suara kegaduhan. Begitu juga rukun qauli yang lain, seperti fatiha, tasyahhud akhir serta salam. Selain itu juga dianjurkan memperdengarkan setiap bacaan yang sunnah, agar memperoleh kesunnahan.[1]
Dan
Dalam kitab Majmu’ disebutkan, bahwa sebagian ulama dari santrinya Imam Syaf’i berpendapat, adapun bagi orang yang bisu, ia wajib menggerakkan lisannya dengan tujuan membaca, sebagaimana ia menggerakkan bibirnya ketika ia berbicara. Karena dalam membaca dibutuhkan adanya pengucapan serta gerakan lisan.
قَالَ أَصْحَابُنَا عَلَى الْأَخْرَسِ أَنْ يُحَرِّكَ لِسَانَهُ بِقَصْدِ الْقِرَاءَةِ بِقَدْرِ مَا يُحَرِّكُهُ النَّاطِقُ لان القراءة تتضمن نطقا وتحريك اللسان فقسط مَا عَجَزَ عَنْهُ وَوَجَبَ مَا قَدَرَ عَلَيْهِ.[2]
[1] Fathul Mu’in Halaman 95.
[2] Majmu’ Syarh AL-Muhaddzab juz 3, halaman 394
Adzkar Nawawi bab takbirotul ihrom :
واعلم أنه لا يصحّ التكبير ولا غيره من الأذكار حتى يتلفظ بلسانه بحيثُ يُسمعُ نفسَه إذا لم يكن له عارض، وقد قدّمنا بيان هذا في الفصول التي في أوّل الكتاب، فإن كان بلسانه خرسٌ أو عيبُ حرَّكَه بقدر ما يقدرُ عليه وتصحُّ صلاته.
Dan ketahuilah bahwa tidaklah sah takbir maupun yang lain (rukun qouli dan dzikir billisan yang sunnat) yang terdiri dari dzikir-dzikir sehingga ia melafadzkannya dengan lisannya dengan sekira ia membuat dirinya mendengar jika tidak ada perkara baru yang mengahalangi pendengarannya , dan telah kami dahulukan penjelasan masalah ini pada pasal di awal kitab , maka jika lisannya bisu atau ada cacatnya maka hendaklah ia menggerakkan lisannya sekira ukuran ia mampu dan sah sholatnya
•Azkar Nawawi :
فصل:والسنّة أنَّ يجهر الإِمام بتكبيرة الإِحرام وغيرها ليسمعَه المأمومُ، ويسرّ المأموم بها بحيثُ يُسْمِعُ نفسَه، فإن جهر المأموم أو أسرّ الإِمام، لم تفسد صلاته.وليحرص على تصحيح التكبير، فلا يمدّ في غير موضعه، فإن مدّ الهمزة من " الله "، أو أشبع فتحة الباء من " أكبر " بحيث صارت على لفظ " أكبار " لم تصحّ صلاته.
Jika tidak membuat dirinya mendengar bacaannya maka tidak sah.
•Adzkar Nawawi :
واعلم أن الجهر في مواضعه، والإِسرار في مواضعه سنّة ليس بواجب، فلو جهر موضع الإِسرار، أو أسرّ موضع الجهر، فصلاته صحيحة، ولكنه ارتكب المكروه كراهة تنزيه، ولا يسجد للسهو، وقد قدّمنا أن الإِسرار في القراءة والأذكار المشروعة في الصلاة لابدّ فيه من أن يسمع نفسه، فإن لم يسمعها من غير عارض لم تصحّ قراءته ولا ذكره.
•Minhaj al-qowim bab Sunan ash-sholah :
وحد الجهر أن يكون بحيث يسمع غيره، والإسرار أن يكون بحيث يسمع نفسه
Batasan jahr (suara keras) adalah sekira membuat orang lain mendengarnya , sedangkan Isror (suara pelan) adalah sekira membuat diri sendiri mendengarnya
Wa llahu Alami Bhis Showab
________-_______________
TIM MUSYAWIRIN
MUSHOHIH
Ustadz Abu Siman
Ustadz Hosiyanto Ilyas S.Pd.I.
Ustadz Abdha' Mukhtar S.H.
Ustadz Aby Hadi
Ustadz Muhammad Sholehuddin
Ustadzah Aulya al zahra M.Pd.
Ustadzah Rabi'ah al dawiyah
PENULIS DAN PERUMUS REDAKSI
Ustadz Abu Siman
Ustadz Saifuddin
PENANGGUNG JAWAB
Uztadzah Hj Dinda Dzulaeha
Komentar