APAKAH PERBUATAN ALLAH BERSIFAT AZALI?

TANYA JAWAB FIQIH & AQIDAH




Sail : @⁨Dede Cynk Dede⁩

Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Deskripsi masalah

Pada suatu hari neng Shofi belajar ilmu tauhid dia giat sekali dalam mempelajarisuatu imu.

Didalam kelasnya ia adalah murid tauladan namun dibalik semua itu didalam pikiran shofi ada beberapa hal yang berhubungan dengan aqidah belum ia fahami seperti tentang perbuatan ALLAH bersifat azali, perbedaannya kam muttasil dan muttasil juga qodho' dan qodar dll.

Pertanyaan

Ummi, ustad dan ustdzah

Saya ingin bertanya beberapa hal yaitu tentang aqidah:

Pertanyaan no 1

Apakah perbuatan Allah bersifat azali ?

Jawaban:

1. Menurut Al Maturidiyah perbuatan Allah adalah Qodim, perbuatan Allah Azali dan senantiasa Allah berbuat secara Abadi, sedangkan menurut Al Asy'ariyah adalah hadits / bukan Azaliy.

كفاية العوام ص 61


قالوا إن صفات الأفعال قديمة كالخلق والإحياء والرزق والإماتة لأن هذه الألفاظ أسماء للتكوين الذي هو صفة موجودة عندهم والتكوين قديم فتكون صفات الأفعال قديمة، وعند الأشاعرة صفات الأفعال حادثة لأنها أسماء لتعلقات القدرة فالإحياء اسم لتعلق القدرة بالحياة والرزق اسم لتعلق القدرة بالمرزوق والخلق اسم لتعلقها بالمخلوق والإماتة اسم لتعلقها بالموت وتعلقات القدرة عندهم حادثة



شرح جوهر التوحيد، ص89.


قال البيجوري رحمه الله: "وخرج بإضافة (صفات) إلى الذات: صفات الأفعال، فليس شيء منها بقديم عند الأشاعرة، بخلافه عند الماتريدية... لأنها عند الأشاعرة تعلقات القدرة التنجيزية الحادثة، وعند الماتريدية هي عين صفة التكوين القديمة"


Al-Asy’ari seperti yang dikutip oleh as-Syahrastani dalam kitab al-Milal wa an-Nihal menjelaskan konsep kasb demikian:


“أن الله تعالى أجرى سنته أن يخلق عُقيب القدرة الحادثة، (أي التي يحدثها في الإنسان) أو تحتها أو معها، الفعلَ الحاصل إذا أراده العبد وتجرد له، وسمَى هذا كسبا، فيكون خلقا من الله تعالى إبداعا وإحداثا، وكسبا من العبد حصولا تحت قدرته”


“Allah SWT menjalankan hukum-hukum yang ditetapkannya, yakni, setelah adanya kemampuan yang ada dalam diri manusia atau di bawah pengaruh kemampuan atau bahkan bersamaan dengan kemampuan tersebut, Allah menciptakan suatu perbuatan ketika manusia memaksudkannya. Inilah yang disebut sebagai kasb, maksudnya, Allah menciptakan perbuatan sedangkan manusia hanya memperoleh hasilnya dengan kemampuan yang dimilikinya.”

Untuk itu, as-Syahrastani secara detail mengutipkan kembali pandangan Imam Abul Hasan al-Asy’ari dalam kitab al-Milal wa an-Nihal demikian:


“أصل له مؤداه: لا تأثير للقدرة الحادثة في الإحداث، لأن جهة الحدوث قضية واحدة لا تختلف بالنسبة إلى الجوهر والعرض. فلو أثرت في قضية الحدوث لأثرت في حدوث كل محدَث حتى تصلح لإحداث الألوان والطعوم والروائح وتصلح لإحداث الجواهر والأجسام، فيؤدي إلى تجويز وقوع السماء على الأرض بالقدرة الحادثة”.


“Meski dalam dirinya tercipta kemampuan, manusia tetap tidak memiliki daya untuk menciptakan perbuatan. Sebab, proses penciptaan tidak jauh berbeda dengan proses yang ada dalam substansi dan aksiden. Jadi proses penciptaan dan proses gerak substansi dan aksiden bisa dibilang masih satu persoalan. Kalau kemampuan ini memiliki pengaruh terhadap proses penciptaan niscaya kemampuan tersebut juga mempengaruhi semua hal yang tercipta. Dari sini dengan kemampuan tersebut, terciptalah oleh manusia berupa warna, bau, dan rasa dan bahkan ia mampu menciptakan substansi dan jisim. Ini semua akan berimplikasi kepada kemungkinan bisa jatuhnya langit ke atas bumi dengan kemampuan yang tercipta yang dimiliki manusia itu.”
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Pertanyaan no 2 :

Di manakah sidrotul muntaha, di langit ketujuh ataukah di atas langit ke tujuh ?

Jawaban :

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa sidratul muntaha pernah diperlihatkan kepada Nabi Muhammad Saw saat isra mi’raj, dalam hadis tersebut disebutkan:


ثُمَّ رُفِعَتْ إِلَيَّ سِدْرَةُ الْمُنْتَهَى فَإِذَا نَبْقُهَا مِثْلُ قِلَالِ هَجَرَ وَإِذَا وَرَقُهَا مِثْلُ آذَانِ الْفِيَلَةِ قَالَ هَذِهِ سِدْرَةُ الْمُنْتَهَى وَإِذَا أَرْبَعَةُ أَنْهَارٍ نَهْرَانِ بَاطِنَانِ وَنَهْرَانِ ظَاهِرَانِ فَقُلْتُ مَا هَذَانِ يَا جِبْرِيلُ قَالَ أَمَّا الْبَاطِنَانِ فَنَهْرَانِ فِي الْجَنَّةِ وَأَمَّا الظَّاهِرَانِ فَالنِّيلُ وَالْفُرَاتُ


Artinya: Kemudian Sidratul Muntaha diangkat/dinampakkan kepadaku yang ternyata buahnya seperti tempayan daerah Hajar dengan daunnya laksana telinga-telinga gajah. Jibril ‘alaihissalam berkata, “Ini adalah Sidratul Muntahaa.” Ternyata di dasarnya ada empat sungai, dua sungai Bathin dan dua sungai Zhahir”. Aku bertanya, “Apakah ini wahai Jibril?”. Jibril menjawab, “Adapun dua sungai Bathin adalah dua sungai yang berada di surga, sedangkan dua sungai Zhahir adalah an-Nail dan eufrat”.

(HR: Bukhari, no. 3887)

Dalam Shahih Muslim juga terdapat riwayat yang menyebutkan tentang sidratul muntaha yang berbunyi:


ثُمَّ انْطَلَقَ بِي جِبْرِيلُ حَتَّى نَأْتِيَ سِدْرَةَ الْمُنْتَهَى فَغَشِيَهَا أَلْوَانٌ لَا أَدْرِي مَا هِيَ


Artinya: ‘Kemudian Jibril beranjak pergi bersamaku hingga kami mendatangi Sidrah al-Muntaha, lalu berbagai warna menutupinya hingga aku tidak mengetahui apakah hakikatnya.’

(HR: Muslim, no.163).

Pada akhirnya sidratul muntaha adalah salah satu esensi alam ciptaan Allah Swt yang wajib diimani dan telah disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadis. Akan tetapi sifat dan keadaan yang rinci bagaimana wujud sidratul muntaha itu termasuk perkara ghaib yang tidak dapat kita ketahui. Kita cukup menerimanya sejauh yang telah disebutkan dalam hadis-hadis Rasulullah Saw.


Sidratul Muntaha Sebuah Pohon Bidara Yang Sangat Tinggi

Sidratul Muntaha tumbuh di langit ke enam, tetapi menjulang hingga langit ke tujuh.

Pohon ini diyakini menjadi penanda akhir dari langit dan menjadi penanda batas di mana makhluk tidak dapat melewatinya.

Dinamakan Sidratul Muntaha karena segala yang naik dari bumi berakhir di sana, lalu ditahan.

Begitu pula segala yang diturunkan dari atas akan berakhir di sana.

شرح النووي على مسلم ج : ٣ ص٣٧٥


باب في ذكر سدرة المنتهى

173 وحدثنا أبو بكر بن أبي شيبة حدثنا أبو أسامة حدثنا مالك بن مغول ح وحدثنا ابن نمير وزهير بن حرب جميعا عن عبد الله بن نمير وألفاظهم متقاربة قال ابن نمير حدثنا أبي حدثنا مالك بن مغول عن الزبير بن عدي عن طلحة عن مرة عن عبد الله قال لما أسري برسول الله صلى الله عليه وسلم انتهي به إلى سدرة المنتهى وهي في السماء السادسة إليها ينتهي ما يعرج به من الأرض فيقبض منها وإليها ينتهي ما يهبط به من فوقها فيقبض منها قال إذ يغشى السدرة ما يغشى قال فراش من ذهب قال فأعطي رسول الله صلى الله عليه وسلم ثلاثا أعطي الصلوات الخمس وأعطي خواتيم سورة البقرة وغفر لمن لم يشرك بالله من أمته شيئا المقحمات
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖


Pertanyaan no 3

Apa saja ciptaan Allah yang tidak binasa / hancur ketika hari kiamat selain surga dan neraka ?

Jawaban

Ada 8 hal yang dikekalkan oleh Alloh :

1. 'Arasy.
2. Kursi
3. Neraka
4. Surga
5. Tulang ekor / pinggang
6. Ruh
7. Lauh Al Mahfuzh
8. Qolam.


حاشية العلامة الصاوي
:

قوله كل شيئ هالك إلا وجهه : أى و كل ما سوى الله تعالى قابل للهلاك وجائز عليه لأن وجوده ليس ذاتيا إلى أن قال قيل المراد بالهلاك الإنعدام بالفعل، ويستثنى منه ثمانية أشياء نظمها السيوطي :ثمانية حكم البقاء يعمها من الخلق والباقون في حيز العدم هو العرش والكرسي ونار وجنة وعجب وأرواح كذا اللوح والقلم.


قال السيوطيّ :

ثمانية حكم البقاء يعمها من الخلق والباقون في حيز العدم هي العرش والكرسي نار وجنة وعجب وأرواح كذا اللوح والقلم
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Pertanyaan no 4

Apa perbedaan kam muttashil dengan kam munfashil ?

Jawaban

Syarah kitab-kitab tauhid di bagian penjelasan sifat wahdaniyat..

Maka wahdaniyyah yang wajib bagi Allah Ta’ala menghapus lima Kam yang mustahil.

Maka Kam Muttasil pada zat tersusunnya (zat Allah Ta’ala itu) dari beberapa bagian

Dan Kam Munfasil pada zat bahwa ada bagi zat Allah satu zat yang menyerupainya

Dan Kam Muttasil pada sifat yaitu bahawa Allah Ta’ala itu mempunyai dua kudrat umpamanya

Dan Kam Munfasil pada sifat yaitu bahawa ada selain Allah Ta’ala itu mempunyai sifat menyerupai akan satu sifat dari beberapa sifat Allah Ta’ala.

Dan Kam munfasil pada af’al yaitu bahwa selain Allah Ta’ala itu mempunyai perbuatan”.


Dan Kam-kam yang lima ini telah terhapus dengan wahdaniyyah (yang wajib) bagi Allah



Dan makna daripada Kam العدد (ialah) bilangan”.


Jadi kam adalah adanya "kebisaan untuk dihitung" pada sesuatu, baik itu secara muttashil maupun secara munfashil. dan jika dipercontohkan pada diri kita, maka :

1. Kam muttashil

atau keberhitungan secara internal ialah adanya bagian pada diri kita yang bisa dihitung, seperti : tangan, kaki, perut, kepala, dsb ...

2. Kam munfashil

atau keberhitungan secara external ialah adanya person lain yang diri / sifatnya sama dengan diri dan sifat kita, seperti : sama² punya tangan dan kaki, sama² berani dan ngawur, dan lain sebagainya ...


Perincian :

Kam muttashil terbagi menjadi :

- kam muttashil fid-dzat : dzat Allah tersusun dari beberapa bahagian

- kam muttashil fis-shifat : berbilang-bilang sifat

–sifat Allah SWT seperti Allah mempunyai dua kudrat

Kam munfashil terbagi menjadi :

- kam munfashil fid-dzat : ada Tuhan kedua atau lebih

- kam munfashil fis-shifat : selain Allah, ada sesuatu menyerupai sifat-sifat Allah Taala

- kam munfashil fil-af'al : selain Allah Taala, ada sesuatu mempunyai kekuatan mengadakan sesuatu

(Syarhu Tijani Ad Darari Ala Risalah
Al Bajuri Fil Tauhid hal. 11)

👉 Jadi total ada 5 kam

Contoh Penerapan :

Ketika dalam pembahasan ilmu tauhid disebutkan "Allah Maha Esa" maka maksudnya ialah :

1. dzat Allah tidak terdiri dari juz / bagian², karena keesaan Allah suci dari kam muttashil_fiddzat

2. semua sifat² Allah masing² adanya cuma satu, tidak ada yang rangkap ataupun double, semisal : sifat qudroh ada dua, sifat kalam ada tiga, dsb. Allah maha suci dari kam muttashil_fisshifat

3. tidak ada satupun makhluk yang dzatnya sama dengan dzat Allah. karena keesaan Allah suci dari kam munfashil_fiddzat

4. tidak ada satupun makhluk yang sifatnya sama dengan sifat² Allah. karena keesaan Allah suci dari kam munfashil_fisshifat

Ref :
كفاية العوام ص :43


فالوحدانية الواجبة له تعالى نفت الكموم الخمسة المستحيلة فالكم المتصل في الذات تركبها من أجزاء، والكم المنفصل فيها أن يكون لها ذات تشبهها والكم المتصل في الصفات أن يكون له تعالى قدرتان مثلا والكم المنفصل فيها أن يكون لغيره تعالى صفة تشبه صفة من صفاته تعالى والكم المنفصل في الأفعال أن يكون لغيره تعالى فعل


وهذه الكموم الخمسة انتفت بالوحدانية الواجبة له سبحانه
فالوحدانية الواجبة له تعالى نفت الكموم الخمسة المستحيلة فالكم المتصل فى الذات تركيبهما من اجزاء والكم المنفصل فيها ان يكون لها ذات تشبهها والكم المتصل في الصفات ان يكون له تعالى قدرتان مثلا والكم المنفصل فيها ان يكون لغيره تعالى صفة تشبه صفة من صفاته تعلى والكم المنفصل
فى الافعال ان يكون لغيره تعلى فعل
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖


Pertnyaan no 5 :

Apa itu Qadar dan Qadla menurut Madzhab Asy'ariyah ?

Jawaban :

Di samping memiliki pengertian berbeda, kata “qadha” dan “qadar” juga dipahami secara berbeda oleh para ulama tauhid atau mutakallimin. Dengan kata lain, kelompok Asyariyyah, kelompok Maturidiyyah, dan sejumlah kelompok ulama lainnya berbeda pendapat perihal pengertian kata “qadha” dan “qadar”.


اختلفوا في معنى القضاء والقدر فالقضاء عند الأشاعرة إرادة الله الأشياء في الأزل على ما هي عليه في غير الأزل والقدر عندهم إيجاد الله الأشياء على قدر مخصوص على وفق الإرادة


Artinya, “Ulama tauhid atau mutakallimin berbeda pendapat perihal makna qadha dan qadar. Qadha menurut ulama Asy’ariyyah adalah kehendak Allah atas sesuatu pada azali untuk sebuah ‘realitas’ pada saat sesuatu di luar azali kelak. Sementara qadar menurut mereka adalah penciptaan (realisasi) Allah atas sesuatu pada kadar tertentu sesuai dengan kehendak-Nya pada azali,”

(Lihat Syekh M Nawawi Banten, Kasyifatus Saja, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah], halaman 12).

Syekh M Nawawi Banten memberikan contoh konkret qadha dan qadar menurut kelompok Asyariyyah. Qadha adalah putusan Allah pada azali bahwa kelak kita akan menjadi apa. Sementara qadar adalah realisasi Allah atas qadha terhadap diri kita sesuai kehendak-Nya.

فإرادة الله المتعلقة أزلا بأنك تصير عالما قضاء وإيجاد العلم فيك بعد وجودك على وفق الإرادة قدر


Artinya, “Kehendak Allah yang berkaitan pada azali, misalnya kau kelak menjadi orang alim atau berpengetahuan adalah qadha. Sementara penciptaan ilmu di dalam dirimu setelah ujudmu hadir di dunia sesuai dengan kehendak-Nya pada azali adalah qadar,”

(Lihat Syekh M Nawawi Banten, Kasyifatus Saja, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah], halaman 12).

Sedangkan bagi kelompok Maturidiyyah, qadha dipahami sebagai penciptaan Allah atas sesuatu disertai penyempurnaan sesuai ilmu-Nya. Dengan kata lain, qadha adalah batasan yang Allah buat pada azali atas setiap makhluk dengan batasan yang ada pada semua makhluk itu seperti baik, buruk, memberi manfaat, menyebabkan mudarat, dan seterusnya. Singkat kata, qadha adalah ilmu azali Allah atas sifat-sifat makhluk-Nya.

Ada lagi ulama yang berpendapat bahwa qadha adalah ilmu azali Allah dalam kaitannya dengan materi yang diketahui oleh-Nya. Sementara qadar adalah penciptaan Allah atas sesuatu sesuai dengan ilmu-Nya. Jadi, ilmu Allah pada azali bahwa si A kelak akan menjadi ulama atau ilmuwan adalah qadha. Sedangkan penciptaan ilmu pada diri si A setelah ia diciptakan adalah qadar,

(Lihat Syekh M Nawawi Banten, Kasyifatus Saja, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah], halaman 12).


وقول الأشاعرة هو المشهور وعلى كل فالقضاء قديم والقدر حادث بخلاف قول الماتريدية وقيل كل منهما بمعنى إرادته تعالى


Artinya, “Pandangan ulama Asy’ariyyah cukup masyhur. Atas setiap pandangan itu, yang jelas qadha itu qadim (dulu tanpa awal). Sementara qadar itu hadits (baru). Pandangan ini berbeda dengan pandangan ulama Maturidiyyah. Ada ulama berkata bahwa qadha dan qadar adalah pengertian dari kehendak-Nya,”

(Lihat Syekh M Nawawi Banten, Kasyifatus Saja, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah], halaman 12).

أسنى المطالب

القضاء ايجاد جميع المخلوقات في اللوح والقدر ايجادها في الخارج

Wallahu A'lamu bisshowab

_________________
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖




TIM MUSYAWIRIN

MUSHOHIH

Ustadz Abu Siman
Ustadz Hosiyanto Ilyas S.Pd.I.
Ustadz M.Hasyim S.Pd.I.
Ustadz Jalaluddin Suyuti
Ustadz Abdha' Mukhtar S.H.
Ustadz Aby Hadi
Ustadz Muhammad Sholehuddin
Ustadzah Aulya al zahra M.Pd.
Ustadzah Rabi'ah al dawiyah

PENULIS DAN PERUMUS REDAKSI

Ustadz Abu Siman

Ustadz Saifuddin

PENANGGUNG JAWAB

Uztadzah Hj. Dinda Zulaikh


Komentar

POPULAR POST

Apakah Batalkah Puasa orang yg Berasa mau Muntah

APAKAH TAKDIR BISA DI RUBAH??

Hukum Menunda Penguburan Jenazah

Jumlah Rakaat Sholat Sunat Rawatib

Hukum Busana muslimah Yg Harus Di Hindari

Hukum Cinta Menurut Islam

Hukum Mengganti Nama Yg lebih Baik Menurut islam

HUKUM MEMOTONG KUKU DAN RAMBUT DALAM KEADAAN HAID

Dengan Tiga Hal Cita-Cita Dapat Diraih