MEMPELAJARI ILMU
قال عمر رضي الله عنه
لا تتعلم العلم لثلاث ولا تتركه لثلاث ؛
لا تتعلمه لِتُمارِيَ به، ولا لِتُباهِيَ به، ولا لِتُرائِيَ به.
ولا تَتْرُكْه حَيَاءً مِن طَلَبه، ولا زَهَادَةً فِيْه، ولا رَضًا بِالجَهْل مِنه
Berkata Sahabat Umar bin Khathab RA :
Jangan kamu mempelajari ilmu karena 3 hal, dan jangan kamu meninggalkan mempelajari ilmu dikarenakan 3 hal! :
Jangan kamu mempelajari ilmu karena :
1. Hanya untuk berdebat
Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diamalkan. Orang yang meninggalkan perdebatan walaupun dia dalam posisi benar, maka akan dibangunkan rumah di surga teratas.
Orang yang berdebat biasanya hanya untuk kesombongan ilmu serta ingin menghinakan orang lain. Maka hal ini tidak lah terpuji dan termasuk dosa.
Orang yang suka berdebat akan menghilangkan kewibawaan dirinya.
Yang mengherankan justru banyak di pondok pesantren, berdebat ini dijadikan materi pelajaran. Santri yang paling pandai berdebat walaupun dengan hati sombong, dibanggakan dan dijadikan duta keilmuan.
Lihatlah ulama-ulama dahulu, walaupun ilmunya seluas samudera tetapi lebih banyak diam dan tawadhu'.
2. Hanya untuk membanggakan diri dengan ilmunya
Kebanggaan diri adalah termasuk kebodohan, karena hakikatnya yang memberikan ilmu adalah Allah dan tidak pantas bagi makhluq untuk tinggi hati.
Yang lebih parah, jika ada orang yang baru mengerti ilmu, sudah berani mengkritik para ulama, mengkritik Imam Syafii, Imam Ghozali, dan para wali Allah. Dia sudah menganggap dirinya lebih dari para ulama tersebut. Maka inilah kelucuan.
3. Hanya untuk pamer atau riya
Dengan tendensi mendapat kedudukan, pujian, dan pemberian materi dari manusia.
Bertambahnya ilmu tidak menambahkan ikhlas, tawadhu', khusyuk, dan tawakkal kepada Allah.
Bahkan dikatakan : siapapun *guru, ustadz yang mengetahui bahwa santrinya itu kemungkinan akan menjadi ulama yang buruk, maka dilarang mengajarkan ilmu kepada nya*, hal itu termasuk membantu dalam merobohkan agama Islam.
Jangan kamu meninggalkan mempelajari ilmu dikarenakan 3 alasan :
1. Karena malu untuk mencari ilmu*.
Sifat malu sebagaimana dalam sabda Rasulullah SAW adalah pasti menuju kebaikan. Malu karena tidak banyak ibadah, malu karena mempertontonkan aurat, malu karena tidak mengerti ilmu agama, itu adalah malu yang tepat. Namun jika malu untuk bergabung di majelis ilmu, malu bertanya kepada para ulama, atau malu karena sudah berusia tua, maka ini tidak tepat.
2. Karena merasa ilmunya sudah cukup*.
Sifat ini menyebabkan ilmu seorang tidak dapat berkembang.
Jangan merasa udah belajar di pondok, di Hadromaut, di Mesir, telah berguru ke guru fulan ke Habib fulan, hingga tidak mau lagi hadir pada majelis-majelis ilmu.
Bisa jadi ilmu dia akan kalah dengan muridnya yang semakin berkembang sesuai dengan keadaan zaman.
3. Karena merasa puas dengan kebodohannya
Dia malas dan tidak ada usaha dalam urusan ilmu. Lebih parahnya jika diapun ridha atau puas melihat anak-anaknya juga bodoh masalah ilmu agama.
Ini bukan sifat orang tua yang baik, dia menjerumuskan keluarganya ke dalam kesesatan.
(Ihya Ulumiddin, jilid III, bab: _afat al lisan_)
Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah untuk senantiasa menuntut ilmu dengan tawadhu' dan Allah Azza wa Jalla yang akan mengangkat derajat orang yang berilmu...
Aamiin Ya Rabb.
Wallahua'lam bishawab
Penulis: Ica
Komentar